Berteman dengan Mantan, Berdamai dengan Masa Lalu


cuplikan Film Sosmate (2015)
Memang tidak semua hubungan dengan mantan akan berakhir dengan baik-baik saja, tapi pasanganku mengajarkanku hmm lebih tepatnya memberikan contoh agar tetap manjaga hubungan dengan mantan dan keluarganya. Hmm hubungan yang bagaimana? Hubungan yang dijalin dengan mengatasnamakan persaudaraan, walaupun mantanku bukan seorang muslim tapi bagiku dia tetaplah saudara, sahabat, juga teman. Pasti KSWW (kilingan Sing Wes Wes) tapi jangan sampai di-Baper-in. Kita menjalin hubungan atau komunikasi dengan mantan bukan berarti ingin kembali kan?
Ayo tolonglah singkirkan perasaan seperti itu. Berteman dengan mantan itu suatu hal yang tidak mudah, karena adanya ketimpangan derajat perasaan dan keadaan pada orang yang sama. Tsaaaah.

Menjadi mantan itu tidak mudah, apalagi jadi temannya mantan. Pasti banyak keanehan, kecanggungan, juga mungkin merasa hmmm hmmm hmmmm dan sebagainya. Ada yang bilang, berteman dengan mantan adalah bentuk kedewasaan. Ada juga yang bilang berteman dengan mantan itu tidak menghargai pasangan yang ada sekarang. Ya terserah sih bagaimana menyikapinya. Kalau aku pribadi mending mantan dijadikan teman, aku juga gak melarang pasanganku berkomunikasi dengan mantannya, aku juga tidak menaruh rasa cemburu pada mantannya. Untuk apa coba? Yang berlalu ya biarlah berlalu. Sama sama enaknya sih kalau kita sama pasangan terbuka masalah mantan, hihihi. Aku juga punya masa lalu yang indah juga yang suram bersama mantan, pun begitu pula pasanganku. Aku tak akan menghakiminya karena masa lalu, lagipula aku bukan hakim.

Untuk aku pribadi, sebenarnya perjalanan berteman dengan mantan itu penuh hujan, iya hujan tangis wkwkwk. Ada dua sisi dari diriku, satunya benci, satunya sayang. Kamu akan mengerti ketika membaca Surat yang Tak Akan Pernah Sampai karya Dewi Lestari. Ya seperti itulah aku yang dulu. Namun, seiring berjalannya waktu, aku sadar bukan waktu yang akan menyembuhkan benciku, tapi dari diriku sendiri. Bagaimana aku sadar diri, bagaimana aku menerima, bagaimana aku harus berlapang dada bahwa orang yang sama kini sudah tak berhak aku rasa. Jangan tanya bagaimana sedihnya, sangat sedih. Tapi aku belajar untuk tak hanya sekedar move on, tapi juga belajar move up and go a head!

Kalau udah bisa berlapang dada, kita akan bisa merenung bahwa semua yang terjadi termasuk saling menyakiti dan putus dengan mantan adalah kehendak Tuhan yang sudah tertulis dalam Lahul Mahfud *dalem banget yak*. Maka dari itu, aku gak setuju dengan kalimat “Buanglah mantan pada tempatnya!” Kenapa mantan harus dibuang padahal dulu adalah makhluk Tuhan yang paling kita sayang? Banyak sekali pelajaran hidup yang aku ambil dari perjalananku move on, move up, hingga go a head dari mantan :
1.       Jangan melupakan! Sebenci apapun kita terhadap mantan, yang namanya long term memory pasti akan tetap menyimpan kenangan bersama mantan. Sangat mustahil bisa melupakan seseorang, apalagi seseorang yang pernah kita sayang mati-matian. Solusi bukan dengan melupakan, tapi dengan tidak dipikirkaan. Buat momen baru agar menumpuk dan akhirnya mantan pun tidak selalu terngiang-ngiang dalam pikiran. Ingat ya! Cara untuk melupakan mantan bukan degan melupakan, tapi membuat momen-momen baru, lebih baik jika dengan orang yang baru pula!
2.       Kamu sayang dia? Doakan! Aku ingat apa yang dikatakan oleh Izhar kalau kita sayang seseorang, doakan saja. Serahkan semua sama Tuhan. Benar saja, ketika kita menitipkan seseorang yang kita sayan hmmm lebih tepatnya mantan yang masih kita sayang, doakan saja yang terbaik. Aku sampai sekarang pun juga bagitu. Kalau ditanya masih sayang? Ya MASIH, tapi sayang yang bukan ingin memiliki, melainkan aku ingin hal-hal terbaik untuk hidupnya. Aku gak mau mantanku gagal atau jadi orang yang jahat. Aku mau dia jadi orang yang sukses, bermanfaat, dan membanggakan. Doaku menyertaimu.
3.       Sadari, dia milik Tuhan. Hampir sama dengan poin ke 2,yang intinya serahkan dan percayakan kepada Tuhan semua tentangnya. Tuhan tauyang terbaik. Sulit, iya aku akui sulit. Tapi percayalah, kamu akan belajar mencintai d level tertinggi, yaitu : merelakan.
4.       Banyak pilihan, dan kamu harus memilih mana yang terbaik. Temanku Dhani pernah memberiku pilihan ketika aku sesenggukan curhat padanya, Pilihan 1 : Tinggalkan, pilihan 2 : Tunggu, pilihan 3 : serahkan semua pada yang Di Atas. Lama aku memilih mana yang tepat, hingga akhirnya aku memilih pilihan 1 yaitu Tinggalkan, aku tinggalkan, aku berani mengambil pilihan ini dengan segala konsekuensi yang ada. Aku hancurkan sendiri impianku untuk tetap gigih ingin hidup berdua dengannya. Dan ternyata di balik itu, Tuhan memang berkata : TIDAK, lantas aku bisa apa?
5.       Berani sendiri! Karen aku tipe orang yang setia, susah sekali untuk menemukanseseorang yang baru. Pacar aku setiain,eh pas paar udah jadi mantan masih aja aku setiain. Disinilah momen-momen paling mengesankan. Aku hidup sendiri dengan caraku sendiri. Gak ada orang yang peduli,menghubungi, mengkhawatiri, meyakiti, dan mengikari janji. Aku hidup dengan caraku, aku hidup sebagai aku. 100% aku. Aku memang belum move up, hatiku masih diliputi kecemasan karena dia, apakah dia benar akan kembali? Dan masih terbesit bahwa aku memang harus menunggunya. Dalam 100% aku, sebenarya aku masih berharap padanya, tapi caraku membuat momen-momen baru menjadikan aku hampir tidak pernah terpikirkan olehnya lagi.

6.       Stop Dramatis!  Berhentilah jadi drama queen, hidup ini keras bos termasuk juga drama percintaan. Kalau dipikir pakai logika, yaudah lah ya ini adalah bagian dari masa lalu, stop n go a head, tapi kalo diras pakai hati dan sanubari mendalam ya jadinya melow terus. Kalo aku pribadi sih ya dua-duanya, aku bisa bertahan karena dalam drama kuaku juga pakai logika. Kalau mengandalkan perasaan saja, kasihan diriku ini. Hiks hiks. Makanya, aku putuskan untuk stop jadi drama queen yang kalau kemana-mana membawa beban hidup yang berat binggo.


Enam dulu aja kali ya, jangan banyak-banya ntar malah gak keserap ke otak. Hehehe. Instinya sih hubungan dengan mantan itu harus tetap terjalin dengan baik, kalau bisa ya kenal juga sama pasangan kita yang skearang. Itu malah jadi lebih baik. Masalah KSWW atau baper pasti ada lah, ya kembali aja ke kehendak Tuhan, kalau Tuhan sudah bilang TIDAK, se-KSWW atau se-baper apapun kita ya ujung-ujungnya tidak juga kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahaya Lidah : BACKBITING

Ceritanya Jadi Guru

Jones, Jomblo With Happiness